“Persediaan
adalah suatu jenis aktiva atau barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau
badan usaha (saat) tertentu, yang akan dijual kembali atau akan dikonsumsi
(dipakai) dalam operasi normal perusahaan. (F.X. Sudarsono ; 1996,106).”
“Persediaan
adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang biasa atau
barang yang dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual. (Kieso dan
Weygandt ; 1995,491).”
Sedangkan
menurut “Radiks Purba (1995,159) dilihat dari segi neraca, persediaan adalah
barang atau bahan yang masih tersedia pada tanggal neraca, yang dapat segera
dijual atau digunakan (dikonsumsi) atau diolah dahulu (manufaktur) kemudian
dijual.”
Pengertian
persediaan untuk jenis barang tertentu bagi perusahaan yang satu tidak sama
dengan perusahaan yang lain, misalnya aktiva berupa : mobil, mesin-mesin pabrik
merupakan aktiva tetap bagi perusahaan manufaktur namun bagi perusahaan
perdagangan mobil dan mesin-mesin pabrik aktiva jenis tersebut merupakan
persediaan.
Persediaan
barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut. Dalam
perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap
dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam
perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan perdagangan
dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu memang
berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual barang yang diperolehnya
dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan
seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada
pembungkusan atau pemberian kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen.
Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi
produk selesai.
Terdapat
macam-macam persediaan barang:
1.
Barang yang tersedia untuk dijual
(barang dagang/barang jadi)
2.
Barang yang masih dalam proses produksi
untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam proses/pengolahan)
3.
Barang yang akan digunakan untuk
produksi barang barang jadi yang akan dijual (bahan baku dan bahan pembantu)
dalam kegiatan normal perusahaan.
Sifat-sifat
persediaan diantaranya; biasanya merupakan aktiva lancar dengan perputaran <
1 tahun, merupakan jumlah yang besar dan memiliki pengaruh besar terhadap
perubahan neraca dan laporan laba rugi. Memperhatikan sifat persediaan maka
pada akhir periode akuntansi selalu dilakukan pemeriksaan persedian dengan
tujuan mencocokkan pencatatan dengan jumlah barang digudang, kegiatan ini kita
kenal dengan istilah STOCK OPNAME.
Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem
pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1.
Sistem fisik (physical inventory system)
2.
Sistem Perpetual (perpetual inventory
system)
Sistem
Fisik (Physical Inventory System)
Sistem
persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan
dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik
tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang
ada ditangan. Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas
persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi. Cara perhitungan harga
pokok penjualan dilakukan seperti berikut ini:
Persediaan
barang dagang pada awal periode Rp.
xxx
Pembelian Rp.
xxx
Biaya angkut pembelian Rp.
xxx
Rp.
xxx
Retur & pot.
Pembelian ( Rp. xxx )
Pembelian
bersih Rp.
xxx
Barang
tersedia untuk dijual Rp.
xxx
Persediaan akhir
periode ( Rp. xxx )
Harga pokok penjualan Rp.
xxx
Ciri-ciri
sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :
ü Pemasukan
dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam
suatu catatan tertentu.
ü Pembelian
barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
ü Perhitungan
persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan
dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
Sistem
ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan
persediaan, karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan
manajemen tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
Sistem
Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem
persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan
terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar
harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan
(kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap
jenis persediaan, memuat nama barang, tempat penyimpanan barang, kode barang
dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian
(pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo persediaan
Ciri-ciri
pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
ü Setiap
terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan barang.
ü Setiap
terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat mengkredit persediaan sejumlah
harga pokok penjualan.
ü Setiap
saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau saldo persediaan.
Sistem
perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi
karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi
perhitungan fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap
persediaan barang.
Perbedaan
pencatatan transaksi persediaan barang pada metode fisik dan perpetual secara
rinci pada tabel berikut:
Perbedaan
Metode Phisik dan Perpetual
TRANSAKSI
|
METODE PHISIK
|
METODE PERPETUAL
|
Pembelian
|
Pembelian
Utang Dagang/Kas
|
Persediaan barang
Utang
dagang/Kas
|
Pembayaran
Biaya Angkut Pembelian
|
Beban
Angkut Pembelian
Kas
|
Persediaan
barang dagang
Kas
|
Penjualan
|
Kas/Piutang
Dagang
Penjualan
|
Kas/Piutang
Dagang
Penjualan
(Menurut
harga Jual)
Harga Pokok Penjualan
Persediaan barang dagang
(Menurut harga pokok)
|
Utang
Dagang/Kas
Retur Pembelian & PH
|
Utang dagang/Kas
Persediaan
barang dag
|
|
Retur
Penjualan & Potongan Harga
|
Retur
Penjualan & PH
Kas/Piutang Dagang
|
Retur
Penjualan & PH
Kas/Piutang
(Menurut Harga jual)
Persediaan barang dagang
HPP
(Menurut Harga Pokok/perolehan)
|
Pembayaran
utang dalam periode/masa potongan
|
Utang
Dagang
Potongan Pembelian
Kas
|
Utang
Dagang
Persediaan barang dagang
Kas
|
Penerimaan piutang dalam periode / masa potongan
|
Kas
Potongan
Penjualan
Piutang Dagang
|
Kas
Potongan
Penjualan
Piutang Dagang
|
Pembayaran
biaya angkut penjualan
|
Beban
angkut penjualan
Kas
|
Beban
angkut penjualan
Kas
|
Perhitungan
HPP
|
Seperti yang dijelaskan di atas
|
HPP
akan dihitung berdasarkan kartu persediaan barang
|
Penyesuaian
Persediaan akhir
|
Iktisar L/R
Persediaan
barang dag
Persediaan barang dag
Ikhtisar L/R
|
Tidak
perlu penyesuaian kecuali jika terdapat koreksi yang perlu disesuaiakan
|
Berikut ini adalah ilustrasi jurnal
untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun belum mencakup seluruh transaksi
berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan
pemberian diskon.
Transaksi
|
Sistem Periodik
|
Sistem Perpetual
|
||||||
1.
|
Membeli barang dag. secara. kredit
Rp 10.000
|
Pembelian
Hutang
|
10.000
|
10.000 |
Pers. Brg Dag
Hutang
|
10.000
|
10.000 |
|
2.
|
Retur pemb.
Rp 500
|
Hutang
Retur Pemb.
|
500
|
500 |
Hutang
Pers. Brg Dag
|
500
|
500 |
|
3.
|
Terdapat barang yang dijual. Harga jual Rp 4.000 dan HP
barang Rp 1.500
|
Piutang/Kas
Penjualan
|
4.000
|
4.000 |
Piutang/Kas
Penjualan
HPP
Pers. Brg Dag
|
4.000
1.500
|
4.000
1.500
|
|
4.
|
Pada akhir
tahun
|
Mutlak harus
dilakukan inventarisasi fisik karena tanpa inventarisasi fisik barang, tidak dapat diketahui persediaan
yang ada
|
Tanpa
inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan, namun inventarisasi perlu
dilakukan
|
|||||
Misalkan
menurut perhitungan fisik pd akhir thn saldo persediaan Rp 200 & pd awal
tahun Rp 150.
|
Ikhtisar
L/R
Pers. B.D.
Pers B.D
Ikhtisar
L/R
|
150
200
|
150
200
|
Jika hasil
inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo rekening persediaan, perusahaan
perlu membuat jurnal, jika sama tidak perlu membuat jurnal.
|
||||
Metode
Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Untuk
menetapkan nilai harga pokok penjualan, dapat dilakukan dalam system pencatatan
secara periodic (fisik) maupun permanent (perpetual)
a. Menurut system periodic terdapat
beberapa cara,seperti berikut ini:
1.
Metode Identifikasi Khusus (Speciafic
identification method)
Metode harga pokok
yang didasarkan atas metode identifikasi khusus adalah suatu metode penilaian
harga yang didasarkan atas nilai perolehan dari barang yang sesungguhnya.
Penggunaan metode ini biasanya dipakai untuk barang yang tidak banyak unitnya
(kuantitasnya) dan harganya pun cukup mahal.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2010 mempunyai data tentang
persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.750 unit @ Rp. 6.000/unit
Jan. 5 Pembelian 1.000 unit @ Rp. 6.200/unit
Jan. 10 Pembelian 2.000 unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 15 Pembelian 1.500 unit @ Rp. 6.400/unit
Jan. 20 Pembelian 3.000 unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 25 Pembelian 2.500 unit @ Rp. 6.500/unit
Jan. 30 Pembelian 2.000 unit @ Rp. 6.400/unit
Berdasarkan inventarisasi secara fisik,
ternyata jumlah persediaan pada tanggal 30 Januari 2010 sebanyak 3.000 unit,
terdiri dari : Pembelian tanggal 30 Januari 50 %, pembelian tanggal 25 Januari
25% dan selebihnya pembelian tanggal 5 Januari 2010.
Tentukan nilai perediaan tanggal 31 Januari
2010 dengan metode tanda pengenal khusus!
Jawab:
Nilai persediaan pada tanggal 31 Januari 2010
adalah :
1.500 x Rp. 6.400 = Rp. 9.600.000
750 x
Rp. 6.500 = Rp. 4.875.000
750 x Rp. 6.200 = Rp. 4.650.000
3.000
unit Rp.19.125.000
2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
(First In First Out)
Metode
First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan yang menganggap
barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula. Pada
umumnya perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya
sangat sederhana baik sistem fisik maupun sistem perpetual akan menghasilkan
penilaian persediaan yang sama.
Cara
menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut :
Persediaan
awal
xxx
Pembelian
xxx +
Tersedia
untuk
dijual
xxx
Penjualan
xxx –
Persediaan
akhir
xxx
Metode
FIFO yang didasarkan atas sistem fisik, nilai persediaan akhir ditentukan
dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang
terakhir kali masuk, bila saldo fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit
terakhir masuk maka sisanya diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk
sebelumnya. Sedangkan pada sistem perpetual pencatatan persediaan dilakukan
secara terus menerus dalam kartu persediaan. Pada sistem ini apabila ada
transaksi penjualan maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok
penjualan dan yang kedua mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti
berikut ini :
Kas/
Piutang
Dagang
xxx
Penjualan
xxx
HPP
xxx
Persediaan
barang
xxx
3. Metode
Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out)
Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian
persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama
kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan.
Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan laba bersih usaha, jika
harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
Metode
LIFO secara sistem fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan
harga pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik
ternyata lebih besar dari barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan
dari harga pokok perunit yang masuk berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual,
setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dicatat dalam kartu
persediaan.
4.
Metode
rata-rata
a.
Rata-rata
sederhana
Dalam
metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah harga per
unit setiap kali pembelian dibagi dengan jumlah atau frekwensi pembeliaannya.
Biaya perunit = Total harga perunit pembelian
Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir =
Persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan =
unit yang dikeluarkan x biaya perunit
b.
Rata-rata tertimbang
Dalam metode
ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah total nilai
pembelian dibagi dengan total unit yang dibeli.
Biaya
perunit = Jumlah harga perunit x banyaknya unit
Banyaknya Unit
Nilai
persediaan akhir = persediaan akhir
x biaya perunit
Harga pokok penjualan =
unit yang dikeluarkan x biaya perunit
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang
persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10 Pembelian
800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18 Penjualan
900 unit
Jan. 20 Pembelian
700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27 Penjualan
500 unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya
persediaan akhir adalah 1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata
sederhana, rata-rata tertimbang!
Jawab:
a.
FIFO
Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:
Pembelian tgl 20 Januari 2011 = 700 x Rp. 600 = Rp. 420.000
Pembelian tgl 20 Januari 2011 = 400 x Rp. 550 = Rp. 220.000
Jumlah 1.100 Rp. 640.000
b.
LIFO
Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:
Persediaan tgl 1 Januari 2011 = 1.000 x Rp. 500 = Rp. 500.000
Pembelian tgl 10 Januari 2011 = 100 x Rp. 550 = Rp. 55.000
Jumlah 1.100 Rp. 555.000
c.
Rata-Rata Sederhana
Jumlah persediaan 1.100 unit
Harga rata-rata per unit:
Rp. 500 + Rp. 550 + Rp. 600
=
Rp. 550
3
Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit
adalah:
1.100
x Rp. 550 = Rp. 605.000
d. Rata-Rata Tertimbang
Jumlah persediaan 1.100 unit
Harga rata-rata per unit:
(1.000 x Rp. 500) + (800 x
Rp. 550) + (700 x Rp. 600)
1000 + 800 + 700
= (Rp. 500.000 + Rp. 440.000 + Rp. 420.000) : 2.500 = Rp. 544
Jadi besarnya
nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
1.100
x Rp. 544 = Rp. 598.400
b. Menurut system Perpetual
Jika perusahaan menggunakan sistem
perpetual, penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir
dilakukan setiap perusahaan menjual barang. Untuk mempermudah pekerjaan
menentukan harga pokok ini digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu
Persediaan. Satu jenis barang disediakan satu Kartu. Dengan demikian sistem ini
baru cocok untuk persediaan yang nilainya tinggi.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang
persediaan sebagai berikut:
Jan. 1 Persediaan 1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10 Pembelian
800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18 Penjualan
900 unit
Jan. 20 Pembelian
700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27 Penjualan
500 unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya
persediaan akhir adalah 1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata
bergerak !
a.
Metode FIFO:
Dalam metode
ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang pertama kali masuk dari pembelian,
dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.
Tgl
|
Ket
|
Diterima
|
Dikeluarkan
|
Persediaan (saldo)
|
||||||
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
||
Jan 1
|
Persediaan
|
1000
|
500
|
500.000
|
||||||
10
|
Pembelian
|
800
|
550
|
440.000
|
1000
800
|
500
550
|
500.000
440.000
|
|||
18
|
Dijual
|
900
|
500
|
450.000
|
100
800
|
500
550
|
50.000
440.000
|
|||
20
|
Pembelian
|
700
|
600
|
420.000
|
100
800
700
|
500
550
600
|
50.000
440.000
420.000
|
|||
27
|
Dijual
|
100
400
|
500
550
|
50.000
275.000
|
400
700
|
550
600
|
220.000
420.000
|
Dari kartu persediaan tersebut,
besarnya nilai persediaan akhir adalah :
400 @ Rp. 550 = Rp. 220.000
400 @ Rp. 550 = Rp. 220.000
700 @ Rp.
600 = Rp. 420.000
1.100 Rp. 640.000
b.
Metode LIFO:
Dalam metode
ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang terakhir masuk dari pembelian,
dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.
Tgl
|
Ket
|
Diterima
|
Dikeluarkan
|
Persediaan (saldo)
|
||||||
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
||
Jan1
|
Persediaan
|
1000
|
500
|
500.000
|
||||||
10
|
Pembelian
|
800
|
550
|
440.000
|
1000
800
|
500
550
|
500.000
440.000
|
|||
18
|
Dijual
|
800
100
|
550
500
|
440.000
50.000
|
900
|
500
|
450.000
|
|||
20
|
Pembelian
|
700
|
600
|
420.000
|
900
700
|
500
600
|
450.000
420.000
|
|||
27
|
Dijual
|
500
|
600
|
300.000
|
900
200
|
500
600
|
450.000
120.000
|
Dari kartu persediaan tersebut,
besarnya nilai persediaan akhir adalah :
900 @ Rp. 500 = Rp. 450.000
900 @ Rp. 500 = Rp. 450.000
200 @ Rp.
600 = Rp. 120.000
1.100 Rp. 570.000
c.
Metode
Rata-Rata Bergerak:
Metode
rata-rata yang digunakan pada metode perpetual ini biasanya disebut dengan
Rata-rata bergerak. Dikatakan bergerak karena harga per unit persediaan selalu
bergerak / berubah sesuai dengan terjadinya perubahan / mutasi pada jumlah unit
persediaan yang dimiliki perusahaan. Berikut ini bentuk kartu persediaan
dengan metode rata-rata bergerak:
Tgl
|
Diterima
|
Dikeluarkan
|
Persediaan (saldo)
|
||||||
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
|
Jan1
|
1000
|
500
|
500.000
|
||||||
10
|
800
|
550
|
440.000
|
1800
|
522,2
|
940.000
|
|||
18
|
900
|
522,2
|
469.980
|
900
|
522,2
|
469,980
|
|||
20
|
700
|
600
|
420.000
|
1.600
|
556,2
|
889,980
|
|||
27
|
500
|
556,2
|
278.100
|
1.100
|
556,2
|
611.820
|
Dari harga perhitungan diatas maka
besarnya nilai persediaan sebanyak 1.100 unit adalah sebesar Rp. 611.820
Metode Penilaian Persediaan
Selain
metode penentuan harga pokok persediaan seperti yang telah dibahas, juga
terdapat metode penilaian persediaan yang bisa ditetapkan yaitu:
1. Metode
Harga Terendah diantara Harga Pokok dan Harga Pasar (Lower of cost or market)
2. Metode
Taksiran terdiri dari :
a. Metode
Laba Kotor
b. Metode
Harga Eceran
1.
Metode
Harga Terendah diantara Harga Pokok dan Harga Pasar (Lower of cost or market)
Metode
ini sering disebut dengan metode COMWIL ( Cost or Market price Whichever Is
Lower).
Seperti
halnya dengan penilaian terhadap surat-surat berharga, dalam penilaian harga
pokok persediaan ini bisa ditentukan atas dasar jenis persediaan, kelompok
persediaan atau jumlah keseluruhan persediaan.
Metode
ini merupakan penyimpangan dari prinsip harga pokok yang biasanya digunakan
sebagai dasar penentuan harga pokok persediaan.
Contoh
:
PT.
Sentosa berusaha dibidang jual beli sepeda.
Berikut
ini persediaan barang dagangan yang dimiliki perusahaan pada tanggal 31
Desember 2008 :
Nama
Barang
|
Jumlah
|
Harga
Pokok/unit
|
Harga
Pasar/unit
|
Sepeda
Balap
Type AG
Type OLY
Sepeda
MTB
Type AT
Type XT
Sepeda
Mini
Type UNYIL
Type ZUZAN
|
40
20
60
30
20
10
|
Rp
300.000
Rp
450.000
Rp
425.000
Rp
350.000
Rp
125.000
Rp
165.000
|
Rp
325.000
Rp
435.000
Rp
415.000
Rp
305.000
Rp
115.000
Rp
160.000
|
Berdasarkan
data tersebut,penentuan harga pokok persediaan sepeda pada tanggal 31 Desember
2008 dengan menggunakan metode harga pokok atau harga pasar mana yang lebih
rendah, tampak seperti berikut:
a.
Perbandingan harga pokok pasar per-jenis
barang (dalam ribuan rupiah)
Nama
Barang
|
Jmlh
|
Harga
per unit
|
Jml
brg
|
Yg
Lebih Rendah
|
||
Pokok
|
Pasar
|
Pokok
|
Pasar
|
|||
Sepeda
Balap
Type AG
Type OLY
Sepeda
MTB
Type AT
Type XT
Sepeda
Mini
Type UNYIL
Type ZUZAN
|
40
20
60
30
20
10
|
300
450
425
350
125
165
|
325
435
415
305
115
160
|
12.000
9.000
25.500
10.500
2.500
1.650
|
13.000
8.700
24.900
9.150
2.300
1.600
|
12.000
8.700
24.900
9.150
2.300
1.600
|
HARGA
POKOK PERSEDIAAN
|
58.
650
|
Berdasarkan
cara perbandingan per jenis persediaan, besarnya harga pokok persediaan pada
tanggal 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp. 58.650.000,00
b. Perbandingan harga pokok dan harga pasar
per-kelompok barang (dalam ribuan rupiah)
Nama
Barang
|
Jmlh
|
Harga
per unit
|
Jml
brg
|
Yg
Lebih Rendah
|
||
Pokok
|
Pasar
|
Pokok
|
Pasar
|
|||
Sepeda
Balap
Type AG
Type OLY
Sepeda
MTB
Type AT
Type XT
Sepeda
Mini
Type UNYIL
Type ZUZAN
|
40
20
60
30
20
10
|
300
450
425
350
125
165
|
325
435
415
305
115
160
|
12.000
9.000
21.000
25.500
10.500
36.000
2.500
1.650
4.150
|
13.000
8.700
21.700
24.900
9.150
34.050
2.300
1.600
3.900
|
21.000
34.050
3.900
|
HARGA
POKOK PERSEDIAAN
|
58.
950
|
Berdasarkan
cara perbandingan per jenis persediaan, besarnya harga pokok persediaan pada
tanggal 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp. 58.950.000,00
c. Perbandingan harga pokok dan harga pasar
keseluruhan barang (dalam ribuan rupiah)
Nama
Barang
|
Jmlh
|
Harga
per unit
|
Jml
brg
|
Yg
Lebih Rendah
|
||
Pokok
|
Pasar
|
Pokok
|
Pasar
|
|||
Sepeda
Balap
Type AG
Type OLY
Sepeda
MTB
Type AT
Type XT
Sepeda
Mini
Type UNYIL
Type ZUZAN
|
40
20
60
30
20
10
|
300
450
425
350
125
165
|
325
435
415
305
115
160
|
12.000
9.000
25.500
10.500
2.500
1.650
61.150
|
13.000
8.700
24.900
9.150
2.300
1.600
59.650
|
|
HARGA
POKOK PERSEDIAAN
|
59.
650
|
Berdasarkan
cara perbandingan per jenis persediaan, besarnya harga pokok persediaan pada
tanggal 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp. 59.650.000,00
Masing-masing
cara tersebut menghasilkan jumlah yang berbeda dalam penentuan harga pokok
persediaan. Cara mana yang dipilih oleh perusahaan tergantung mana yang lebih
menggambarkan hasil usaha secara layak dan diterapkan secara konsisten pada
setiap periode.
2.
Metode
Taksiran :
Kadangkala
situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan fisik atau sistem perpetual
sangat mahal untuk diterapkan. Suatu supermarket dengan beribu macam jenis
persediaan mungkin akan terganggu operasionalnya jika setiap bulan harus
melakukan penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan keuangan
bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya kerugian atas persediaan
yang terbakar tidak mungkin menghitung secara fisik barang yang terbakar karena
barangnya sudah rusak bahkan habis.
Keadaan
di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari persediaan. Terdapat
dua metode yang sering digunakan yaitu metode laba kotor dan metode harga
eceran.
a.
Metode
Taksiran Laba
Kotor
Ada
beberapa alasan mengapa perusahaan menggunakan metode taksiran laba kotor
didalam menentukan besarnya harga pokok persediaannya.
Alasan-alasan
tersebut adalah :
Ø Perusahaan
menghendaki penyusunan laporan keuangan jangka pendek, dimana untuk melakukan
penghitungan jumlah phisik persediaan yang ada di gudang akan memakan waktu
yang relatif lama.
Ø Dalam
hal terjadi kebakaran, pencurian atau becana alam yang mengakibatkan kerusakan
atau musnahnya sebagian persediaan yang ada di gudang,sehingga bisa di tentukan
besarnya harga pokok persediaan, baik yang tersisa atauun yang terbakar.
Harga
Pokok Persediaan ditentukan berdasarkan prosentase laba kotor penjualan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Prosentase laba kotor biasanya dihitung berdasar
atas data laba kotor periode-periode sebelumnya.
Dalam
metode ini diperlukan data-data mengenai hasil penjualan, persediaan awal,
pembelian, biaya angkut pembelian, retur pembelian dan potongan pembelian serta
prosentase laba kotor.
Langkah-langkah
untuk menentukan harga pokok persediaan dengan menggunakan metode ini adalah :
·
Menentukan Harga Pokok Penjualan, yaitu
:
Hasil
Penjualan :
Rp. xxxx
Laba
Kotor % x Penjualan :
Rp. xxxx _
Harga
Pokok Penjualan :
Rp. xxxx
·
Menentukan Harga Pokok Barang Tersedia
Untuk Dijual, yaitu :
Persediaan
awal :
Rp. xxxx
Pembelian :
Rp. xxxx
Biaya
angkut pembelian :
Rp. xxxx +
Rp. xxxx
Retur
& Potongan Pembelian :
Rp. xxxx _
Pembelian
Bersih :
Rp. xxxx +
Harga
Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual Rp. xxxx
·
Menentukan Taksiran Persediaan Akhir,
yaitu :
Harga
Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual :
Rp xxxx
Harga
Pokok Penjualan :
Rp xxxx _
Rp xxxx
Contoh
:
Pada
tanggal 15 Desember 2008 terjadi kebakaran pada gudang PT. Warna. Setelah
diadakan pemeriksaan, sisa barang yang masih ada setelah terjadinya kebakaran
dinilai sebesar Rp. 100.000,00
Persediaan
awal Desmber 2008 Rp.
500.000,00
Transaksi
yang terjadi dari tanggal 1-5 Desember 2008 :
Hasil
Penjualan Rp.
7.200.000,00
Pembelian
bersih Rp.
5.600.000,00
Taksiran
laba kotor sebesar 25%
Tentukan
besarnya Harga Pokok Barang yang terbakar !
Jawab
:
·
Menentukan Harga Pokok Penjualan, yaitu
:
Hasil
Penjualan :
Rp. 7.200.000,00
Laba
Kotor: 25 % x Rp. 7.200.000,00 :
Rp. 1.800.000,00 _
Harga Pokok Penjualan : Rp. 5.400.000,00
·
Menentukan Harga Pokok Barang Tersedia
Untuk Dijual, yaitu :
Persediaan awal : Rp. 500.000,00
Pembelian :
Rp. 5.600.000,00 +
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual
Rp. 6.100.000,00
·
Menentukan Taksiran Persediaan Akhir,
yaitu :
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual : Rp. 6.100.000,00
Harga Pokok Penjualan :
Rp. 5.400.000,00 _
Persediaan
akhir yang seharusnya
Rp 700.000,00
Persediaan
akhir sesudah kebakaran : Rp. 100.000,00 _
Jumlah
persediaan yang terbakar :
Rp. 600.000,00
b.
Metode
Taksiran Harga
Eceran
c.
Dalam
metode ini menggunakan prosentase dari harga pokok barang yang dijual dengan
harga jual barang yang tersedia untuk dijual. Dengan demikian disamping data
mengenai harga pokok persediaan awal dan harga pokok barang yang dibeli, metode
ini memerlukan data tentang harga jual dari persediaan awal dan barang yang
dibeli
Langkah-langkah
untuk melakukan perhitungan harga pokok persediaan akhir dalam metode ini
adalah :
a.
Menentukan jumlah barang yang tersedia
dijual berdasarkan harga pokok dan harga jualnya.
Harga
Pokok (Cost) Harga Jual
Hasil
penjualan Rp. - Rp.
700.000
Persediaan awal Rp. 50.000 Rp. 75.000
Pembelian Rp.
545.000 Rp.
740.000
Biaya
angkut pembelian Rp. 15.000 Rp. –
Retur
pembelian Rp. (10.000) Rp. (15.000)
Barang tersedia untuk dijual Rp.
600.000 Rp. 800.000
b.
Menghitung
prosentase harga pokok dari harga jual untuk barang yang tersedia dijual:
Rp. 600.000
x
100% = 75%
Rp. 800.000
c.
Menghitung persediaan akhir menurut
harga jualnya :
Barang
yang tersedia dijual (menurut harga jual) :
Rp. 800.000
Hasil
penjualan :
Rp. 700.000 -
Persediaan
akhir berdasarkan harga jual :
Rp. 100.000
d.
Menentukan harga pokok persediaan akhir
:
Harga
pokok persediaan akhir = Rp. 75% x Rp. 100.000 = Rp. 75.000
Dengan
demikian harga pokok persediaan akhir yang ditentukan dengan metode taksiran
harga eceran adalah sebesar Rp. 75.000
Metode
ini banyak digunakan pada perusahaan yang menjual berbagai jenis barang
dagangan secara eceran, karena perhitungan dengan melakukan penghitungan phisik
terhadap barang yang jumlah dan jenisnya relatif banyak, akan mememakan waktu
yang cukup lama.
Kartu Persediaan
Dalam metode saldo permanen setiap
jenis barang dibuatkan satu catatan tersendiri yang disebut kartu stok atau kartu
persediaan (stock card). Kumpulan dari kartu stok, untuk semua jenis
barang yang ada, disebut buku stok atau buku persediaan. Ada tiga hal yang dicatat
dalam kartu stok, yaitu penambahan, pengurangan dan saldo yang ada setelah
terjadinya suatu transaksi. Kartu stok menyediakan tiga kolom untuk hal
tersebut. Masing-masing kolom dibagi dalam tiga sub kolom yang berisi:
banyaknya unit (kuantitas), harga pokok/unit dan jumlah (kuantitas dikalikan
harga pokok/unit). Tiap transaksi dicatat kuantitas barangnya, harga
pokok/unit jumlah nilainya.
Penambahan dalam kartu stok,
biasanya berasal dari pembelian barang dagang. Di samping pembelian,
penambahan dalam kartu stok juga dapat berasal dari penjualan retur. Pengurangan
dalam kartu stok, pada umumnya berasal dari penjualan barang dagang.
Pengurangan dapat juga terjadi dari pembelian retur.
Tgl
|
Masuk
|
Keluar
|
Persediaan (Saldo)
|
||||||
Unit
|
Hrg/unit
|
jml
|
Unit
|
Hrg/unit
|
jml
|
Unit
|
Hrg/unit
|
jml
|
|
MENYAJIKAN
NILAI PERSEDIAAN DI NERACA
Persediaan disajikan pada neraca
dalam kelompok aktiva lancar sebesar harga pokok / harga perolehannya. Rekening
persediaan dapat pula disajikan sebesar harga pasarnya jika harga pokok yang
bersangkutan nilainya lebih tinggi.
Metode penentuan harga pokok
persediaan harus dinyatakan dalam perjalanan laporan keuangan, demikian pula
perubahan penggunaan metode harus diberikan penjelasan secukupnya.
Contoh :
PT. CLIQUER ABADI
NERACA
31 DESEMBER 2008
AKTIVA PASIVA
Aktiva
Lancar
Kas Rp.
xxx
Surat-surat
berharga Rp.
xxx
Piutang
dagang Rp. xxx
Cad.
Kerugian piut. Rp. xxx –
Rp.
xxx
Piutang
wesel Rp.
xxx
Persediaan Rp.
xxx
KESIMPULAN
“Persediaan adalah suatu jenis aktiva
atau barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau badan usaha (saat)
tertentu, yang akan dijual kembali atau akan dikonsumsi (dipakai) dalam operasi
normal perusahaan. (F.X. Sudarsono ; 1996,106).”
Terdapat macam-macam persediaan barang:
1.
Barang yang tersedia untuk dijual
(barang dagang/barang jadi)
2.
Barang yang masih dalam proses produksi
untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam proses/pengolahan)
3.
Barang yang akan digunakan untuk
produksi barang barang jadi yang akan dijual (bahan baku dan bahan pembantu)
dalam kegiatan normal perusahaan.
Sistem pencatatan persediaan yang lazim
digunakan ada dua macam yaitu:
1.
Sistem fisik (physical inventory system)
Sistem
persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan
dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik
tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang
ada ditangan.
2.
Sistem Perpetual (perpetual inventory
system)
Sistem
persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan
terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar
harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan
(kartu persediaan).
Metode
Harga Pokok (cost)
Untuk
menetapkan nilai persediaan akhir, dapat dilakukan dalam system pencatatan
secara periodic (fisik) maupun permanent (perpetual)
a.
Menurut
system periodic terdapat beberapa cara,seperti berikut ini:
1.
Metode Identifikasi Khusus (Speciafic
identification method)
2.
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
(First In First Out)
3.
Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama
(Last In First Out)
4.
Metode
rata-rata
·
Rata-rata
sederhana
·
Rata-rata tertimbang
b.
Menurut
system Perpetual
1.
Metode FIFO
2.
Metode LIFO
3.
Metode Rata-Rata Bergerak
Metode Penilaian Persediaan
1.
Metode Harga Terendah diantara Harga
Pokok dan Harga Pasar (Lower of cost or market)
2.
Metode Taksiran terdiri dari :
c. Metode
Laba Kotor
d. Metode
Harga Eceran
Kartu
Persediaan
Dalam metode saldo permanen setiap jenis
barang dibuatkan satu catatan tersendiri yang disebut kartu stok atau kartu persediaan
(stock card). Kumpulan dari kartu stok, untuk semua jenis barang yang
ada, disebut buku stok atau buku persediaan. Ada tiga hal yang dicatat dalam kartu stok,
yaitu penambahan, pengurangan dan saldo yang ada setelah terjadinya suatu
transaksi.
LATIHAN
Pilihan ganda !
1.
Persediaan adalah barang berwujud milik
perusahan yang.............
a.
Tersedia untuk dijual (barang jadi atau
barang dagangan)
b.
Masih dalam proses produksi untuk
diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam prose/pengolahan)
c.
Akan dipergunakan untuk produksi barang
barang jadi yang kemudian dijual
d.
a, b, dan c benar
2. Metode penentuan harga pokok persediaan
yaitu.................
a.
Metode phisik dan perpetual
b.
Metode garis lurus
c.
Metode saldo menurun
d.
Metode angka tahun
3.
Jurnal untuk mencatat transaksi
pembelian dengan menggunakan metode phisik adalah...............
a.
Persediaan barang Rp. xxx
Utang
dagang/kas Rp.
xxx
b.
Pembelian Rp. xxx
Utang dagang/kas Rp. xxx
c.
Piutang dagang/kas Rp. xxx
Penjualan Rp.
xxx
d.
Harga Pokok Penjualan Rp. xxx
Persediaan Rp.
xxx
4.
FIFO singkatan dari First In First Out
yang artinya..........
a.
Masuk pertama keluar pertama
b.
Masuk terakhir keluar pertama
c.
Masuk pertama keluar terakhir
d.
Masuk terakhir keluar terakhir
5.
Metode penilaian persediaan adalah
kecuali............
a.
Metode Harga pokok atau harga pasar mana
yang lebih rendah
b.
Metode taksiran laba kotor
c.
Metode taksiran harga eceran
d.
Metode garis lurus
6.
Metode yang sering disebut dengan metode
COMWIL adalah..........
a.
Metode harga pokok atau harga pasar mana
yang lebih rendah
b.
Metode laba bersih
c.
Metode taksiran harga eceran
d.
Metode taksiran laba kotor
7.
Persediaan barang dagangan terdapat pada
jenis perusahaan dagang yang kegiatan utamanya adalah........
a.
Merusak barang dagangan
b.
Membeli dan menjual barang dagangan
c.
Mengirim barang dagangan
d.
Menyimpan barang dagangan
8.
Metode perhitungan persediaan dalam
metode perpetual yaitu............
a.
Rata-rata sederhana
b.
Rata-rata tertimbang
c.
Rata-rata bergerak
d.
a dan b benar
9.
Persediaan awal 1.000 unit harga per
unit Rp. 500,00 pembelian 300 unit @ Rp. 550,00 penjualan 750 unit. Berapa
besarnya harga pokok persediaan akhir jika menggunakan metode phisik FIFO
adalah.......
a.
Rp. 290.000,00
b.
Rp. 250.000,00
c.
Rp. 300.000,00
d.
Rp. 125.000,00
10.
Berikut metode harga pokok persediaan di
bawah ini, kecuali.........
a.
FIFO c. FILO
b.
LIFO d. Average
Essay !
1.
Jelaskan perbedaan antara metode phisik
dengan metode perpetual !
2.
Berrikut ini transaksi transaksi yang
terjadi selama bulan Januari 2008 pada PT. Sejahtera.
Jan 5 pembelian
100 unit barang dagang dengan harga Rp. 25.000,00/unit
11 pembelian
25 unit barang dagang dengan harga Rp. 27.000,00/unit
13
penjualan 50 unit barang dagang dengan
harga Rp. 50.000,00/unit
22
pembelian 50 unit barang dagang dengan
harga Rp. 28.000,00/unit
27
penjualan 60 unit barang dagang dengan
harga Rp. 50.000,00/unit
30
penjualan 50 unit barang dagang dengan
harga Rp. 50.000,00/unit
Persediaan barang dagangan pada tanggal 1 januari 2008
sebanyak 80 unit dengan harga pokok Rp. 24.000,00/unit dan seluruh transaksi
dilaksanakan secara cash.
Diminta :
Hitunglah persediaan pada tanggal 31
januari 2008, apabila
a. Perusahaan
menggunakan metode LIFO Perpetual
b. Perusahaan
menggunakan metode LIFO Phisik
3.
Sebutkan beberapa alasan mengapa
perusahaan menggunakan metode taksiran laba kotor didalam menentukan besarnya
harga pokok persediaannya!
4.
Sebutkan langkah-langkah untuk
menentukan harga pokok persediaan dengan menggunakan metode taksiran laba kotor
!
5.
Pada tanggal 1 April 2012, perusahaan
mengalami kebakaran yang menghabiskan seluruh gedung perusahaan termasuk
persediaan yang tersimpan didalamnya,namun beberapa catatan akuntansi terutama
yang berhubungan dengan persediaan masih dapat diselamatkan. Berikut ini
informasi yang dikutip dari catatan akuntansi tersebut:
Persediaan 1 Januari Rp. 43.200.000,00
Pembelian Rp.
339.000.000,00
Potongan pembelian Rp. 6.500.000,00
Retur pembelian Rp. 3.100.000,00
Penjulan Rp.
478.000.000,00
Potongan penjualan Rp. 5.300.000,00
Retur penjualan Rp. 4.100.000,00
Biaya angkut pembelian Rp. 2.400.000,00
Biaya umum Rp. 28.900.000,00
Biaya penjualan Rp. 55.700.000,00
Diminta :Dengan metode laba kotor,
hitunglah jumlah persediaan yang terbakar pada tanggal 1 April 2012 jika selama
4 tahun terakhir, prosentase rata-rata laba kotor terhadap penjualan bersih
adalah 30%
KUNCI JAWABAN
Pilgan !
1.
D 6. A
2.
A 7 B
3.
B 8. C
4.
A 9. A
5.
D 10. C
Essay !
1.
Perbedaan metode perpetual dengan metode
phisik adalah sebagai berikut :
a.
Sistem persediaan perpetual adalah suatu
sistem yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri
persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan
didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan).
b.
Sistem persediaan fisik atau periodik
adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung secara periodik dengan
mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan
hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem fisik
digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan
pada akhir periode akuntansi.
2
a. Menghitung
persediaan akhir dengan metode LIFO Perpetual
Tgl
Jan
|
Diterima
|
Dikeluarkan
|
Persediaan (saldo)
|
||||||
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
Unit
|
Cost
|
Jumlah
|
|
1
|
80
|
24.000
|
1.920.000
|
||||||
5
|
100
|
25.000
|
2.500.000
|
80
100
|
24.000
25.000
|
1.920.000
2.500.000
|
|||
11
|
25
|
27.000
|
675.000
|
80
100
25
|
24.000
25.000
27.000
|
1.920.000
2.500.000
675.000
|
|||
13
|
25
25
|
27.000
25.000
|
675.000
625.000
|
80
75
|
24.000
25.000
|
1.920.000
1.875.000
|
|||
22
|
50
|
28.000
|
1.400.000
|
80
75
50
|
24.000
25.000
28.000
|
1.920.000
1.875.000
1.400.000
|
|||
27
|
50
10
|
28.000
25.000
|
1.400.000
250.000
|
80
65
|
24.000
25.000
|
1.920.000
1.625.000
|
|||
30
|
50
|
25.000
|
1.250.000
|
80
15
|
24.000
25.000
|
1.920.000
375.000
|
b. Menghitung
persediaan akhir dengan metode LIFO Phisik
Persediaan
akhir 31 Januari 2012 adalah
80
unit @ Rp. 24.000,00 = Rp. 1.920.000,00
15 unit @ Rp. 25.000,00 =
Rp. 375.000,00
95 unit Rp.
2.295.000,00
3. Alasan-alasan tersebut adalah :
Ø Perusahaan
menghendaki penyusunan laporan keuangan jangka pendek, dimana untuk melakukan
penghitungan jumlah phisik persediaan yang ada di gudang akan memakan waktu
yang relatif lama.
Ø Dalam
hal terjadi kebakaran, pencurian atau becana alam yang mengakibatkan kerusakan
atau musnahnya sebagian persediaan yang ada di gudang,sehingga bisa di tentukan
besarnya harga pokok persediaan, baik yang tersisa atauun yang terbakar.
4.
Langkah-langkah untuk menentukan harga
pokok persediaan dengan menggunakan metode ini adalah :
·
Menentukan Harga Pokok Penjualan, yaitu
:
Hasil Penjualan : Rp. xxxx
Laba Kotor % x Penjualan : Rp.
xxxx _
Harga
Pokok Penjualan :
Rp. xxxx
·
Menentukan Harga Pokok Barang Tersedia
Untuk Dijual, yaitu :
Persediaan awal :
Rp. xxxx
Pembelian : Rp. xxxx
Biaya angkut pembelian : Rp. xxxx +
Rp. xxxx
Retur
& Potongan Pembelian :
Rp. xxxx _
Pembelian
Bersih :
Rp. xxxx +
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual Rp. xxxx
·
Menentukan Taksiran Persediaan Akhir,
yaitu :
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual : Rp xxxx
Harga
Pokok Penjualan : Rp xxxx _
Rp xxxx
5.
·
Menentukan Harga Pokok Penjualan, yaitu
:
Penjualan : Rp. 487.000.000,00
Potongan penjualan Rp. 5.300.000,00
Retur
penjualan Rp.
4.100.000,00 +
Rp.
9.400.000,00 +
Penjualan
bersih :
Rp. 477.600.000,00
Laba
Kotor 30% x Rp. 477.600.000,00 :
Rp. 143.280.000,00 _
Harga Pokok Penjualan : Rp. 334.320.000,00
·
Menentukan Harga Pokok Barang Tersedia
Untuk Dijual, yaitu :
Persediaan awal : Rp.
43.200.000,00
Pembelian : Rp. 339.000.000,00
Biaya
angkut pembelian : Rp. 2.400.000,00 +
Rp. 341.400.000,00
Potongan Pembelian : Rp. 6.500.000,00
Retur
Pembelian :
Rp. 3.100.000,00 _
Pembelian
Bersih : Rp. 331.800.000,00 +
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual Rp. 375.000.000,00
·
Menentukan Taksiran Persediaan Akhir,
yaitu :
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual : Rp 375.000.000,00
Harga
Pokok Penjualan :Rp 334.320.000,00 _
Rp
40.680.000,00
Terima kasih,. ini sangat membantu saya... :)
BalasHapusizin save buat bahan tugas ya kak...trims
BalasHapusSangat membantu sekali.. terimakasih
BalasHapus