Jumat, 08 Februari 2013

MATERI PERSEDIAAN


“Persediaan adalah suatu jenis aktiva atau barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau badan usaha (saat) tertentu, yang akan dijual kembali atau akan dikonsumsi (dipakai) dalam operasi normal perusahaan. (F.X. Sudarsono ; 1996,106).”
“Persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang biasa atau barang yang dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual. (Kieso dan Weygandt ; 1995,491).”
Sedangkan menurut “Radiks Purba (1995,159) dilihat dari segi neraca, persediaan adalah barang atau bahan yang masih tersedia pada tanggal neraca, yang dapat segera dijual atau digunakan (dikonsumsi) atau diolah dahulu (manufaktur) kemudian dijual.”

Pengertian persediaan untuk jenis barang tertentu bagi perusahaan yang satu tidak sama dengan perusahaan yang lain, misalnya aktiva berupa : mobil, mesin-mesin pabrik merupakan aktiva tetap bagi perusahaan manufaktur namun bagi perusahaan perdagangan mobil dan mesin-mesin pabrik aktiva jenis tersebut merupakan persediaan.
Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut. Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu memang berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada pembungkusan atau pemberian kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen. Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi produk selesai.
Terdapat macam-macam persediaan barang:
1.            Barang yang tersedia untuk dijual (barang dagang/barang jadi)
2.            Barang yang masih dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam proses/pengolahan)
3.            Barang yang akan digunakan untuk produksi barang­ barang jadi yang akan dijual (bahan baku dan bahan pembantu) dalam kegiatan normal perusahaan.
Sifat-sifat persediaan diantaranya; biasanya merupakan aktiva lancar dengan perputaran < 1 tahun, merupakan jumlah yang besar dan memiliki pengaruh besar terhadap perubahan neraca dan laporan laba rugi. Memperhatikan sifat persediaan maka pada akhir periode akuntansi selalu dilakukan pemeriksaan persedian dengan tujuan mencocokkan pencatatan dengan jumlah barang digudang, kegiatan ini kita kenal dengan istilah STOCK OPNAME.

Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1.                  Sistem fisik (physical inventory system)
2.                  Sistem Perpetual (perpetual inventory system)
Sistem Fisik (Physical Inventory System)
Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi. Cara perhitungan harga pokok penjualan dilakukan seperti berikut ini:


Persediaan barang dagang pada awal periode                                                Rp. xxx
Pembelian                                Rp. xxx
Biaya angkut pembelian          Rp. xxx          
                                                           Rp. xxx
            Retur & pot. Pembelian        ( Rp. xxx )
            Pembelian bersih                                                                     Rp. xxx
            Barang tersedia untuk dijual                                                   Rp. xxx
            Persediaan akhir periode                                                       ( Rp. xxx )
            Harga pokok penjualan                                                           Rp. xxx

Ciri-ciri sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :

ü   Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam  suatu catatan tertentu.
ü   Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
ü   Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
Sistem ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan persediaan, karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan manajemen tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
  
Sistem Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap jenis persediaan, memuat nama barang, tempat penyimpanan barang, kode barang dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian (pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo persediaan

Ciri-ciri pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
ü   Setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan barang.
ü   Setiap terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat mengkredit persediaan sejumlah harga pokok penjualan.
ü   Setiap saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau saldo persediaan.

Sistem perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi perhitungan fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan barang.

Perbedaan pencatatan transaksi persediaan barang pada metode fisik dan perpetual secara rinci pada tabel berikut:

Perbedaan Metode Phisik dan Perpetual
TRANSAKSI
METODE PHISIK
METODE PERPETUAL
Pembelian
Pembelian
          Utang Dagang/Kas
Persediaan barang                          
         Utang dagang/Kas
Pembayaran Biaya Angkut Pembelian
Beban Angkut Pembelian
         Kas
Persediaan barang dagang
         Kas
Penjualan
Kas/Piutang Dagang
        Penjualan
Kas/Piutang Dagang
         Penjualan 
(Menurut harga Jual)
Harga Pokok Penjualan
         Persediaan barang dagang
(Menurut harga pokok)

Utang Dagang/Kas
       Retur Pembelian & PH
Utang dagang/Kas
         Persediaan barang dag
Retur Penjualan & Potongan Harga
Retur Penjualan & PH
       Kas/Piutang Dagang
Retur Penjualan & PH
         Kas/Piutang 
(Menurut Harga jual)
Persediaan barang dagang
          HPP
(Menurut Harga Pokok/perolehan)
Pembayaran utang dalam periode/masa potongan
Utang Dagang
        Potongan Pembelian 
        Kas
Utang Dagang
        Persediaan barang dagang
        Kas
Penerimaan piutang dalam periode / masa potongan
Kas
Potongan Penjualan 
       Piutang Dagang
Kas
Potongan Penjualan 
       Piutang Dagang
Pembayaran biaya angkut penjualan
Beban angkut penjualan
        Kas
Beban angkut penjualan
        Kas
Perhitungan HPP
 Seperti yang dijelaskan di atas
HPP akan dihitung berdasarkan kartu persediaan barang
Penyesuaian Persediaan akhir
Iktisar L/R
      Persediaan barang dag 
Persediaan barang dag
      Ikhtisar L/R
Tidak perlu penyesuaian kecuali jika terdapat koreksi yang perlu disesuaiakan

Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.
Transaksi
Sistem Periodik
Sistem Perpetual
1.
Membeli barang dag. secara. kredit Rp 10.000
Pembelian
Hutang
10.000

 10.000
Pers. Brg Dag
Hutang
10.000

 10.000
2.
Retur pemb.
Rp  500
Hutang
Retur Pemb.
500

 500
Hutang
Pers. Brg Dag
500

 500
3.
Terdapat barang yang dijual. Harga jual Rp 4.000 dan HP barang Rp 1.500
Piutang/Kas
Penjualan
4.000

 4.000
Piutang/Kas
Penjualan

HPP
Pers. Brg Dag
4.000


1.500

 4.000


 1.500
4.  
Pada akhir tahun 
Mutlak harus dilakukan inventarisasi fisik karena tanpa inventarisasi fisik barang, tidak dapat diketahui persediaan yang ada
Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan, namun inventarisasi perlu dilakukan 
Misalkan menurut perhitungan fisik pd akhir thn saldo persediaan Rp 200 & pd awal tahun Rp 150.
Ikhtisar L/R
Pers. B.D.
Pers B.D
Ikhtisar L/R
150


200


150

 
200
Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo rekening persediaan, perusahaan perlu membuat jurnal, jika sama tidak perlu membuat jurnal.










Metode Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Untuk menetapkan nilai harga pokok penjualan, dapat dilakukan dalam system pencatatan secara periodic (fisik) maupun permanent (perpetual)
a.      Menurut system periodic terdapat beberapa cara,seperti berikut ini:
1.             Metode Identifikasi Khusus (Speciafic identification method)
Metode harga pokok yang didasarkan atas metode identifikasi khusus adalah suatu metode penilaian harga yang didasarkan atas nilai perolehan dari barang yang sesungguhnya. Penggunaan metode ini biasanya dipakai untuk barang yang tidak banyak unitnya (kuantitasnya) dan harganya pun cukup mahal.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2010 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1      Persediaan       1.750 unit @ Rp. 6.000/unit
Jan. 5      Pembelian        1.000 unit @ Rp. 6.200/unit
Jan. 10    Pembelian        2.000 unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 15    Pembelian        1.500 unit @ Rp. 6.400/unit
Jan. 20    Pembelian        3.000 unit @ Rp. 6.250/unit
Jan. 25    Pembelian        2.500 unit @ Rp. 6.500/unit
Jan. 30    Pembelian        2.000 unit @ Rp. 6.400/unit
Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 30 Januari 2010 sebanyak 3.000 unit, terdiri dari : Pembelian tanggal 30 Januari 50 %, pembelian tanggal 25 Januari 25% dan selebihnya pembelian tanggal 5 Januari 2010.
Tentukan nilai perediaan tanggal 31 Januari 2010 dengan metode tanda pengenal khusus!
Jawab:
Nilai persediaan pada tanggal 31 Januari 2010 adalah :
1.500 x Rp. 6.400          = Rp. 9.600.000
   750 x Rp. 6.500          = Rp. 4.875.000
   750 x Rp. 6.200          = Rp. 4.650.000
         3.000 unit                         Rp.19.125.000

2.      Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)
Metode First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula. Pada umumnya perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhana baik sistem fisik maupun sistem perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan yang sama.
Cara menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut :
Persediaan awal                      xxx
Pembelian                                xxx +
Tersedia untuk dijual              xxx
Penjualan                                 xxx
Persediaan akhir                      xxx
Metode FIFO yang didasarkan atas sistem fisik, nilai persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang terakhir kali masuk, bila saldo fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk maka sisanya diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk sebelumnya. Sedangkan pada sistem perpetual pencatatan persediaan dilakukan secara terus menerus dalam kartu persediaan. Pada sistem ini apabila ada transaksi penjualan maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok penjualan dan yang kedua mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti berikut ini :
Kas/ Piutang Dagang              xxx
Penjualan                                 xxx
HPP                                         xxx
Persediaan barang                   xxx

3.      Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out)
Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan. Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan laba bersih usaha, jika harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
Metode LIFO secara sistem fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik ternyata lebih besar dari barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual, setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dicatat dalam kartu persediaan.

4.             Metode rata-rata
a.             Rata-rata sederhana
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah harga per unit setiap kali pembelian dibagi dengan jumlah atau frekwensi pembeliaannya.
Biaya perunit                       =        Total harga perunit pembelian
  Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir         = Persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan       = unit yang dikeluarkan x biaya perunit
b.            Rata-rata tertimbang
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah total nilai pembelian dibagi dengan total unit yang dibeli.
Biaya perunit                    =         Jumlah harga perunit x banyaknya unit
      Banyaknya Unit
Nilai persediaan akhir       = persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan     = unit yang dikeluarkan x biaya perunit
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1      Persediaan       1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10    Pembelian           800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18    Penjualan            900 unit
Jan. 20    Pembelian           700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27    Penjualan            500 unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah 1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata sederhana, rata-rata tertimbang!
Jawab:
a.            FIFO
         Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:
         Pembelian tgl  20 Januari 2011 = 700 x Rp. 600              = Rp. 420.000
         Pembelian tgl  20 Januari 2011 = 400 x Rp. 550              = Rp. 220.000
Jumlah                                  1.100                                 Rp. 640.000
b.            LIFO
         Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:
         Persediaan tgl  1 Januari 2011  = 1.000 x Rp. 500           = Rp. 500.000
         Pembelian tgl  10 Januari 2011 =    100 x Rp. 550           = Rp.   55.000
Jumlah                                  1.100                                 Rp. 555.000
c.             Rata-Rata Sederhana
         Jumlah persediaan 1.100 unit
         Harga rata-rata per unit:
         Rp. 500 + Rp. 550 + Rp. 600                  
                                                               = Rp. 550
                                3
                  Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
                  1.100 x Rp. 550    =  Rp. 605.000
         d.      Rata-Rata Tertimbang
         Jumlah persediaan 1.100 unit
         Harga rata-rata per unit:
         (1.000 x Rp. 500) + (800 x Rp. 550) + (700 x Rp. 600)  
                                                                                                                                                                                 1000 + 800 + 700
                  = (Rp. 500.000 + Rp. 440.000 + Rp. 420.000) : 2.500  = Rp. 544
                  Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
                  1.100 x Rp. 544    =  Rp. 598.400
b.      Menurut system Perpetual
Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual barang. Untuk mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok ini digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan. Satu jenis barang disediakan satu Kartu. Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk persediaan yang nilainya tinggi.
Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:
Jan. 1      Persediaan       1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10    Pembelian           800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18    Penjualan            900 unit
Jan. 20    Pembelian           700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27    Penjualan            500 unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah 1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata bergerak !
a.            Metode FIFO:
         Dalam metode ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang pertama kali masuk dari pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.

Tgl

Ket
Diterima
Dikeluarkan
Persediaan (saldo)
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Jan 1
Persediaan






1000
500
500.000
    10
Pembelian 
800
550
440.000



1000
 800 
500
550
500.000
440.000 
  18 
Dijual 



900

500

450.000

100
800
500
550 
  50.000
 440.000
   20 
Pembelian 
700 
600

420.000 



100
800
700
500
550 
600
  50.000
 440.000
420.000
27 
Dijual 



100
400
500
550
50.000
275.000
400
700
550
600
220.000
420.000 
Dari kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
400 @ Rp. 550            = Rp. 220.000
700 @ Rp. 600            = Rp. 420.000
1.100                              Rp. 640.000

b.            Metode LIFO:
         Dalam metode ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang terakhir masuk dari pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.  


Tgl

Ket
Diterima
Dikeluarkan
Persediaan (saldo)
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Jan1
Persediaan






1000
500
500.000
    10
Pembelian 
800
550
440.000



1000
 800 
500
550
500.000
440.000 
  18 
Dijual 



800
100
550
500
440.000
  50.000
900

500

450.000

   20 
Pembelian 
700 
600
420.000 



900
700
500 
600
450.000
420.000
27 
Dijual 



500

600

300.000

900
200
500
600
450.000
120.000 
Dari kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
900 @ Rp. 500            = Rp. 450.000
200 @ Rp. 600            = Rp. 120.000
1.100                              Rp. 570.000



c.             Metode Rata-Rata Bergerak:
         Metode rata-rata yang digunakan pada metode perpetual ini biasanya disebut dengan Rata-rata bergerak. Dikatakan bergerak karena harga per unit persediaan selalu bergerak / berubah sesuai dengan terjadinya perubahan / mutasi pada jumlah unit persediaan yang dimiliki perusahaan. Berikut ini bentuk kartu persediaan dengan metode rata-rata bergerak:



Tgl
Diterima
Dikeluarkan
Persediaan (saldo)
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Jan1






1000
500
500.000
10
800
550
440.000



1800
522,2
940.000
  18 



900
522,2
469.980
900
522,2
469,980
  20 
700 
600
420.000



1.600
556,2
889,980
  27 



500
556,2
278.100
1.100
556,2
611.820
Dari harga perhitungan diatas maka besarnya nilai persediaan sebanyak 1.100 unit adalah sebesar Rp. 611.820



Metode Penilaian Persediaan
Selain metode penentuan harga pokok persediaan seperti yang telah dibahas, juga terdapat metode penilaian persediaan yang bisa ditetapkan yaitu:
1.      Metode Harga Terendah diantara Harga Pokok dan Harga Pasar (Lower of cost or market)
2.      Metode Taksiran terdiri dari :
a.       Metode Laba Kotor
b.      Metode Harga Eceran

1.             Metode Harga Terendah diantara Harga Pokok dan Harga Pasar (Lower of cost or market)
Metode ini sering disebut dengan metode COMWIL ( Cost or Market price Whichever Is Lower).
Seperti halnya dengan penilaian terhadap surat-surat berharga, dalam penilaian harga pokok persediaan ini bisa ditentukan atas dasar jenis persediaan, kelompok persediaan atau jumlah keseluruhan persediaan.
Metode ini merupakan penyimpangan dari prinsip harga pokok yang biasanya digunakan sebagai dasar penentuan harga pokok persediaan.
Contoh :
PT. Sentosa berusaha dibidang jual beli sepeda.
Berikut ini persediaan barang dagangan yang dimiliki perusahaan pada tanggal 31 Desember 2008 :

Nama Barang
Jumlah
Harga Pokok/unit
Harga Pasar/unit
Sepeda Balap
     Type AG
      Type OLY
Sepeda MTB
      Type AT
      Type XT
Sepeda Mini
      Type UNYIL
      Type ZUZAN

40
20

60
30

20
10

Rp 300.000
Rp 450.000

Rp 425.000
Rp 350.000

Rp 125.000
Rp 165.000

Rp 325.000
Rp 435.000

Rp 415.000
Rp 305.000

Rp 115.000
Rp 160.000
Berdasarkan data tersebut,penentuan harga pokok persediaan sepeda pada tanggal 31 Desember 2008 dengan menggunakan metode harga pokok atau harga pasar mana yang lebih rendah, tampak seperti berikut:

a.             Perbandingan harga pokok pasar per-jenis barang (dalam ribuan rupiah)
Nama Barang
Jmlh
Harga per unit
Jml brg
Yg Lebih Rendah
Pokok
Pasar
Pokok
Pasar
Sepeda Balap
     Type AG
      Type OLY
Sepeda MTB
      Type AT
      Type XT
Sepeda Mini
      Type UNYIL
      Type ZUZAN

40
20

60
30

20
10

300
450

425
350

125
165

325
435

415
305

115
160

12.000
  9.000

25.500
10.500

  2.500
   1.650

13.000
  8.700

24.900
  9.150

   2.300
   1.600

12.000
  8.700

24.900
  9.150

  2.300
  1.600
HARGA POKOK PERSEDIAAN
58. 650
Berdasarkan cara perbandingan per jenis persediaan, besarnya harga pokok persediaan pada tanggal 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp. 58.650.000,00
b.      Perbandingan harga pokok dan harga pasar per-kelompok barang (dalam ribuan rupiah)

Nama Barang
Jmlh
Harga per unit
Jml brg
Yg Lebih Rendah
Pokok
Pasar
Pokok
Pasar
Sepeda Balap
     Type AG
      Type OLY

Sepeda MTB
      Type AT
      Type XT

Sepeda Mini
      Type UNYIL
      Type ZUZAN

40
20


60
30


20
10

300
450


425
350


125
165

325
435


415
305


115
160

12.000
  9.000
21.000

25.500
10.500
36.000
 
  2.500
  1.650
  4.150

13.000
  8.700
21.700

24.900
  9.150
34.050

  2.300
  1.600
  3.900



21.000



34.050
 


  3.900
HARGA POKOK PERSEDIAAN
58. 950
Berdasarkan cara perbandingan per jenis persediaan, besarnya harga pokok persediaan pada tanggal 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp. 58.950.000,00

c.       Perbandingan harga pokok dan harga pasar keseluruhan barang (dalam ribuan rupiah)
Nama Barang
Jmlh
Harga per unit
Jml brg
Yg Lebih Rendah
Pokok
Pasar
Pokok
Pasar
Sepeda Balap
     Type AG
      Type OLY
Sepeda MTB
      Type AT
      Type XT
Sepeda Mini
      Type UNYIL
      Type ZUZAN

40
20

60
30

20
10

300
450

425
350

125
165

325
435

415
305

115
160

12.000
  9.000

25.500
10.500

  2.500
  1.650
61.150

13.000
  8.700

24.900
  9.150

  2.300
  1.600
59.650


HARGA POKOK PERSEDIAAN
59. 650
Berdasarkan cara perbandingan per jenis persediaan, besarnya harga pokok persediaan pada tanggal 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp. 59.650.000,00

Masing-masing cara tersebut menghasilkan jumlah yang berbeda dalam penentuan harga pokok persediaan. Cara mana yang dipilih oleh perusahaan tergantung mana yang lebih menggambarkan hasil usaha secara layak dan diterapkan secara konsisten pada setiap periode.
2.             Metode Taksiran :
Kadangkala situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan fisik atau sistem perpetual sangat mahal untuk diterapkan. Suatu supermarket dengan beribu macam jenis persediaan mungkin akan terganggu operasionalnya jika setiap bulan harus melakukan penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan keuangan bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya kerugian atas persediaan yang terbakar tidak mungkin menghitung secara fisik barang yang terbakar karena barangnya sudah rusak bahkan habis.
Keadaan di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari persediaan. Terdapat dua metode yang sering digunakan yaitu metode laba kotor dan metode harga eceran.
a.      Metode Taksiran Laba Kotor
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan menggunakan metode taksiran laba kotor didalam menentukan besarnya harga pokok persediaannya.
Alasan-alasan tersebut adalah :
Ø   Perusahaan menghendaki penyusunan laporan keuangan jangka pendek, dimana untuk melakukan penghitungan jumlah phisik persediaan yang ada di gudang akan memakan waktu yang relatif lama.
Ø   Dalam hal terjadi kebakaran, pencurian atau becana alam yang mengakibatkan kerusakan atau musnahnya sebagian persediaan yang ada di gudang,sehingga bisa di tentukan besarnya harga pokok persediaan, baik yang tersisa atauun yang terbakar.
Harga Pokok Persediaan ditentukan berdasarkan prosentase laba kotor penjualan yang telah ditetapkan sebelumnya. Prosentase laba kotor biasanya dihitung berdasar atas data laba kotor periode-periode sebelumnya.
Dalam metode ini diperlukan data-data mengenai hasil penjualan, persediaan awal, pembelian, biaya angkut pembelian, retur pembelian dan potongan pembelian serta prosentase laba kotor.
Langkah-langkah untuk menentukan harga pokok persediaan dengan menggunakan metode ini adalah :

·               Menentukan Harga Pokok Penjualan, yaitu :
Hasil Penjualan                                                  : Rp. xxxx
Laba Kotor % x Penjualan                                 : Rp. xxxx  _
Harga Pokok Penjualan                                     : Rp. xxxx
·               Menentukan Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual, yaitu :
Persediaan awal                                                                         : Rp. xxxx
Pembelian                                                          : Rp. xxxx
Biaya angkut pembelian                                    : Rp. xxxx  +
                                                                             Rp. xxxx
Retur & Potongan Pembelian                            : Rp. xxxx   _
Pembelian Bersih                                                                       : Rp. xxxx   +
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual                               Rp. xxxx
·               Menentukan Taksiran Persediaan Akhir, yaitu :
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual                             : Rp xxxx
Harga Pokok Penjualan                                                             : Rp xxxx   _
                                                                                                     Rp xxxx
Contoh :
Pada tanggal 15 Desember 2008 terjadi kebakaran pada gudang PT. Warna. Setelah diadakan pemeriksaan, sisa barang yang masih ada setelah terjadinya kebakaran dinilai sebesar Rp. 100.000,00
Persediaan awal Desmber 2008             Rp. 500.000,00
Transaksi yang terjadi dari tanggal 1-5 Desember 2008 :
Hasil Penjualan                                      Rp. 7.200.000,00
Pembelian bersih                                    Rp. 5.600.000,00
Taksiran laba kotor sebesar 25%
Tentukan besarnya Harga Pokok Barang yang terbakar !
Jawab :

·               Menentukan Harga Pokok Penjualan, yaitu :
Hasil Penjualan                                                     : Rp. 7.200.000,00
Laba Kotor: 25 % x Rp. 7.200.000,00                 : Rp. 1.800.000,00  _
Harga Pokok Penjualan                                        : Rp. 5.400.000,00

·               Menentukan Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual, yaitu :
Persediaan awal                                                    : Rp.    500.000,00
Pembelian                                                             : Rp. 5.600.000,00  +
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual          Rp. 6.100.000,00

·               Menentukan Taksiran Persediaan Akhir, yaitu :
      Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual        : Rp. 6.100.000,00
      Harga Pokok Penjualan                                        : Rp. 5.400.000,00  _
Persediaan akhir yang seharusnya                          Rp     700.000,00
Persediaan akhir sesudah kebakaran                     : Rp.    100.000,00 _
Jumlah persediaan yang terbakar                          : Rp.    600.000,00

b.                                                                  Metode Taksiran Harga Eceran
c.                                                                    
Dalam metode ini menggunakan prosentase dari harga pokok barang yang dijual dengan harga jual barang yang tersedia untuk dijual. Dengan demikian disamping data mengenai harga pokok persediaan awal dan harga pokok barang yang dibeli, metode ini memerlukan data tentang harga jual dari persediaan awal dan barang yang dibeli
Langkah-langkah untuk melakukan perhitungan harga pokok persediaan akhir dalam metode ini adalah :
a.             Menentukan jumlah barang yang tersedia dijual berdasarkan harga pokok dan harga jualnya.
Harga Pokok (Cost)                Harga Jual
            Hasil penjualan                        Rp. -                                        Rp. 700.000
Persediaan awal                      Rp.    50.000                           Rp.   75.000
Pembelian                                Rp.  545.000                           Rp. 740.000
Biaya angkut pembelian          Rp.   15.000                            Rp. 
Retur pembelian                      Rp.  (10.000)                          Rp.  (15.000)
Barang tersedia untuk dijual   Rp.  600.000                           Rp.  800.000
b.             Menghitung prosentase harga pokok dari harga jual untuk barang yang tersedia dijual:
   Rp. 600.000
                                   x 100% = 75%
      Rp. 800.000
c.             Menghitung persediaan akhir menurut harga jualnya :
Barang yang tersedia dijual (menurut harga jual)          : Rp. 800.000
Hasil penjualan                                                              : Rp. 700.000   -
Persediaan akhir berdasarkan harga jual                        : Rp. 100.000
d.            Menentukan harga pokok persediaan akhir :
Harga pokok persediaan akhir = Rp. 75% x Rp. 100.000 = Rp. 75.000
Dengan demikian harga pokok persediaan akhir yang ditentukan dengan metode taksiran harga eceran adalah sebesar Rp. 75.000
Metode ini banyak digunakan pada perusahaan yang menjual berbagai jenis barang dagangan secara eceran, karena perhitungan dengan melakukan penghitungan phisik terhadap barang yang jumlah dan jenisnya relatif banyak, akan mememakan waktu yang cukup lama.

Kartu Persediaan
Dalam metode saldo permanen setiap jenis barang dibuatkan satu catatan tersendiri yang disebut kartu stok atau kartu persediaan (stock card).  Kumpulan dari kartu stok, untuk semua jenis barang yang ada, disebut buku stok atau buku persediaan.  Ada tiga hal yang dicatat dalam kartu stok, yaitu penambahan, pengurangan dan saldo yang ada setelah terjadinya suatu transaksi.  Kartu stok menyediakan tiga kolom untuk hal tersebut.  Masing-masing kolom dibagi dalam tiga sub kolom yang berisi: banyaknya unit (kuantitas), harga pokok/unit dan jumlah (kuantitas dikalikan harga pokok/unit).  Tiap transaksi dicatat kuantitas barangnya, harga pokok/unit jumlah nilainya.
Penambahan dalam kartu stok, biasanya berasal dari pembelian barang dagang.  Di samping pembelian, penambahan dalam kartu stok juga dapat berasal dari penjualan retur. Pengurangan dalam kartu stok, pada umumnya berasal dari penjualan barang dagang. Pengurangan dapat juga terjadi dari pembelian retur.
Tgl
Masuk
Keluar
Persediaan (Saldo)
Unit
Hrg/unit
jml
Unit
Hrg/unit
jml
Unit
Hrg/unit
jml



















































MENYAJIKAN NILAI PERSEDIAAN DI NERACA
Persediaan disajikan pada neraca dalam kelompok aktiva lancar sebesar harga pokok / harga perolehannya. Rekening persediaan dapat pula disajikan sebesar harga pasarnya jika harga pokok yang bersangkutan nilainya lebih tinggi.
Metode penentuan harga pokok persediaan harus dinyatakan dalam perjalanan laporan keuangan, demikian pula perubahan penggunaan metode harus diberikan penjelasan secukupnya.
Contoh :
PT. CLIQUER ABADI
NERACA
31 DESEMBER 2008
AKTIVA                                                                                                        PASIVA


Aktiva Lancar
Kas                                                      Rp. xxx
Surat-surat berharga                            Rp. xxx
Piutang dagang           Rp. xxx
Cad. Kerugian piut.    Rp. xxx
                                                            Rp. xxx
Piutang wesel                                      Rp. xxx
Persediaan                                           Rp. xxx


















KESIMPULAN

Persediaan adalah suatu jenis aktiva atau barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau badan usaha (saat) tertentu, yang akan dijual kembali atau akan dikonsumsi (dipakai) dalam operasi normal perusahaan. (F.X. Sudarsono ; 1996,106).”
Terdapat macam-macam persediaan barang:
1.             Barang yang tersedia untuk dijual (barang dagang/barang jadi)
2.             Barang yang masih dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam proses/pengolahan)
3.             Barang yang akan digunakan untuk produksi barang­ barang jadi yang akan dijual (bahan baku dan bahan pembantu) dalam kegiatan normal perusahaan.
Sistem pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1.             Sistem fisik (physical inventory system)
Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan.
2.             Sistem Perpetual (perpetual inventory system)
Sistem persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan).
Metode Harga Pokok (cost)
Untuk menetapkan nilai persediaan akhir, dapat dilakukan dalam system pencatatan secara periodic (fisik) maupun permanent (perpetual)
a.            Menurut system periodic terdapat beberapa cara,seperti berikut ini:
1.            Metode Identifikasi Khusus (Speciafic identification method)
2.            Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)
3.            Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out)
4.            Metode rata-rata
·        Rata-rata sederhana
·        Rata-rata tertimbang
b.            Menurut system Perpetual
1.            Metode FIFO
2.            Metode LIFO
3.            Metode Rata-Rata Bergerak
Metode Penilaian Persediaan
1.             Metode Harga Terendah diantara Harga Pokok dan Harga Pasar (Lower of cost or market)
2.             Metode Taksiran terdiri dari :
c.       Metode Laba Kotor
d.      Metode Harga Eceran
Kartu Persediaan
Dalam metode saldo permanen setiap jenis barang dibuatkan satu catatan tersendiri yang disebut kartu stok atau kartu persediaan (stock card).  Kumpulan dari kartu stok, untuk semua jenis barang yang ada, disebut buku stok atau buku persediaan.  Ada tiga hal yang dicatat dalam kartu stok, yaitu penambahan, pengurangan dan saldo yang ada setelah terjadinya suatu transaksi.
           





















LATIHAN
Pilihan ganda !
1.             Persediaan adalah barang berwujud milik perusahan yang.............
a.             Tersedia untuk dijual (barang jadi atau barang dagangan)
b.            Masih dalam proses produksi untuk diselesaikan, kemudian dijual (barang dalam prose/pengolahan)
c.             Akan dipergunakan untuk produksi barang barang jadi yang kemudian dijual
d.            a, b, dan c benar
2.      Metode penentuan harga pokok persediaan yaitu.................
a.             Metode phisik dan perpetual
b.            Metode garis lurus
c.             Metode saldo menurun
d.            Metode angka tahun
3.             Jurnal untuk mencatat transaksi pembelian dengan menggunakan metode phisik adalah...............
a.             Persediaan barang             Rp. xxx
                        Utang dagang/kas                               Rp. xxx
b.            Pembelian                         Rp. xxx
                        Utang dagang/kas                               Rp. xxx
c.             Piutang dagang/kas           Rp. xxx
                        Penjualan                                             Rp. xxx
d.            Harga Pokok Penjualan    Rp. xxx
                        Persediaan                                           Rp. xxx
4.             FIFO singkatan dari First In First Out yang artinya..........
a.             Masuk pertama keluar pertama
b.            Masuk terakhir keluar pertama
c.             Masuk pertama keluar terakhir
d.            Masuk terakhir keluar terakhir
5.             Metode penilaian persediaan adalah kecuali............
a.             Metode Harga pokok atau harga pasar mana yang lebih rendah
b.            Metode taksiran laba kotor
c.             Metode taksiran harga eceran
d.            Metode garis lurus
6.             Metode yang sering disebut dengan metode COMWIL adalah..........
a.             Metode harga pokok atau harga pasar mana yang lebih rendah
b.            Metode laba bersih
c.             Metode taksiran harga eceran
d.            Metode taksiran laba kotor
7.             Persediaan barang dagangan terdapat pada jenis perusahaan dagang yang kegiatan utamanya adalah........
a.             Merusak barang dagangan
b.            Membeli dan menjual barang dagangan
c.             Mengirim barang dagangan
d.            Menyimpan barang dagangan
8.             Metode perhitungan persediaan dalam metode perpetual yaitu............
a.             Rata-rata sederhana
b.            Rata-rata tertimbang
c.             Rata-rata bergerak
d.            a dan b benar
9.             Persediaan awal 1.000 unit harga per unit Rp. 500,00 pembelian 300 unit @ Rp. 550,00 penjualan 750 unit. Berapa besarnya harga pokok persediaan akhir jika menggunakan metode phisik FIFO adalah.......
a.             Rp. 290.000,00
b.            Rp. 250.000,00
c.             Rp. 300.000,00
d.            Rp. 125.000,00
10.         Berikut metode harga pokok persediaan di bawah ini, kecuali.........
a.             FIFO                                                                     c.   FILO
b.            LIFO                                                                     d.   Average
Essay !
1.         Jelaskan perbedaan antara metode phisik dengan metode perpetual !
2.         Berrikut ini transaksi transaksi yang terjadi selama bulan Januari 2008 pada PT. Sejahtera.
       Jan 5         pembelian 100 unit barang dagang dengan harga Rp. 25.000,00/unit
            11        pembelian 25 unit barang dagang dengan harga Rp. 27.000,00/unit
13               penjualan 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit
22               pembelian 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 28.000,00/unit
27               penjualan 60 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit
30               penjualan 50 unit barang dagang dengan harga Rp. 50.000,00/unit
         Persediaan barang dagangan pada tanggal 1 januari 2008 sebanyak 80 unit dengan harga pokok Rp. 24.000,00/unit dan seluruh transaksi dilaksanakan secara cash.
         Diminta :
       Hitunglah persediaan pada tanggal 31 januari 2008, apabila
a.  Perusahaan menggunakan metode LIFO Perpetual
b.  Perusahaan menggunakan metode LIFO Phisik
3.             Sebutkan beberapa alasan mengapa perusahaan menggunakan metode taksiran laba kotor didalam menentukan besarnya harga pokok persediaannya!
4.             Sebutkan langkah-langkah untuk menentukan harga pokok persediaan dengan menggunakan metode taksiran laba kotor !
5.             Pada tanggal 1 April 2012, perusahaan mengalami kebakaran yang menghabiskan seluruh gedung perusahaan termasuk persediaan yang tersimpan didalamnya,namun beberapa catatan akuntansi terutama yang berhubungan dengan persediaan masih dapat diselamatkan. Berikut ini informasi yang dikutip dari catatan akuntansi tersebut:
         Persediaan 1 Januari                                          Rp.   43.200.000,00
         Pembelian                                                          Rp. 339.000.000,00
         Potongan pembelian                                           Rp.     6.500.000,00
         Retur pembelian                                                 Rp.     3.100.000,00
         Penjulan                                                             Rp. 478.000.000,00
         Potongan penjualan                                           Rp.     5.300.000,00
Retur penjualan                                                  Rp.     4.100.000,00
Biaya angkut pembelian                                    Rp.     2.400.000,00
Biaya umum                                                       Rp.   28.900.000,00
Biaya penjualan                                                 Rp.   55.700.000,00
Diminta :Dengan metode laba kotor, hitunglah jumlah persediaan yang terbakar pada tanggal 1 April 2012 jika selama 4 tahun terakhir, prosentase rata-rata laba kotor terhadap penjualan bersih adalah 30%
KUNCI JAWABAN
Pilgan !
1.             D                                                                        6.         A
2.             A                                                                        7          B
3.             B                                                                        8.         C
4.             A                                                                        9.         A
5.             D                                                                        10.       C
Essay !
1.             Perbedaan metode perpetual dengan metode phisik adalah sebagai berikut :
a.             Sistem persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan).
b.            Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi.
2           a.     Menghitung persediaan akhir dengan metode LIFO Perpetual

Tgl
Jan
Diterima
Dikeluarkan
Persediaan (saldo)
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
1






80
24.000
1.920.000
5
100
25.000
2.500.000



  80
100
24.000
25.000
1.920.000
2.500.000
 11
 25
27.000
675.000



80
100
25
24.000
25.000
27.000
1.920.000
2.500.000
675.000
 13



25
25
27.000
25.000
675.000
625.000
80
75
24.000
25.000
1.920.000
1.875.000
  22
50
28.000
1.400.000



80
75
50
24.000
25.000
28.000
1.920.000
1.875.000
1.400.000
27



50
10
28.000
25.000
1.400.000
250.000
80
65
24.000
25.000
1.920.000
1.625.000
30



50
25.000
1.250.000
80
15
24.000
25.000
1.920.000
   375.000

b.   Menghitung persediaan akhir dengan metode LIFO Phisik
      Persediaan akhir 31  Januari 2012 adalah
        80 unit @ Rp. 24.000,00         = Rp. 1.920.000,00
        15 unit @ Rp. 25.000,00        = Rp.    375.000,00
            95 unit                                        Rp.  2.295.000,00


3.      Alasan-alasan tersebut adalah :
Ø   Perusahaan menghendaki penyusunan laporan keuangan jangka pendek, dimana untuk melakukan penghitungan jumlah phisik persediaan yang ada di gudang akan memakan waktu yang relatif lama.
Ø   Dalam hal terjadi kebakaran, pencurian atau becana alam yang mengakibatkan kerusakan atau musnahnya sebagian persediaan yang ada di gudang,sehingga bisa di tentukan besarnya harga pokok persediaan, baik yang tersisa atauun yang terbakar.

4.              Langkah-langkah untuk menentukan harga pokok persediaan dengan menggunakan metode ini adalah :
·               Menentukan Harga Pokok Penjualan, yaitu :
Hasil Penjualan                                                     : Rp. xxxx
Laba Kotor % x Penjualan                                    : Rp. xxxx  _
Harga Pokok Penjualan                                        : Rp. xxxx
·               Menentukan Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual, yaitu :
Persediaan awal                                                                            : Rp. xxxx
Pembelian                                                 : Rp. xxxx
Biaya angkut pembelian                           : Rp. xxxx  +
                                                                             Rp. xxxx
Retur & Potongan Pembelian                   : Rp. xxxx   _
Pembelian Bersih                                                              : Rp. xxxx   +
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual                      Rp. xxxx
·               Menentukan Taksiran Persediaan Akhir, yaitu :
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual                    : Rp xxxx
Harga Pokok Penjualan                                                    : Rp xxxx   _
                                                                                                     Rp xxxx

5.        

·           Menentukan Harga Pokok Penjualan, yaitu :
Penjualan                                                              : Rp. 487.000.000,00
Potongan penjualan          Rp. 5.300.000,00
Retur penjualan                 Rp. 4.100.000,00  +
                                                                                Rp.     9.400.000,00 +
Penjualan bersih                                                    : Rp. 477.600.000,00
Laba Kotor 30% x Rp. 477.600.000,00               : Rp. 143.280.000,00 _
Harga Pokok Penjualan                                        : Rp. 334.320.000,00
·               Menentukan Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual, yaitu :
Persediaan awal                                                             : Rp.  43.200.000,00
Pembelian                                     : Rp. 339.000.000,00
Biaya angkut pembelian               : Rp.     2.400.000,00  +
                                                                  Rp. 341.400.000,00
Potongan Pembelian                     : Rp.    6.500.000,00
Retur Pembelian                           : Rp.     3.100.000,00 _
Pembelian Bersih                                                           : Rp. 331.800.000,00 +
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual                      Rp. 375.000.000,00
·               Menentukan Taksiran Persediaan Akhir, yaitu :
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual                    : Rp 375.000.000,00
Harga Pokok Penjualan                                                  :Rp 334.320.000,00  _
                                                                                                     Rp   40.680.000,00

3 komentar: